Main Article Content

Abstract

Budaya lokal masyarakat suku dayak kenyah dalam pengobatan menggunakan tumbuhan obat tidak diragukan lagi.Hal tersebut dikarenakan pengobatan tradisional dengan tumbuhan obat, masih banyak dilakukan karena kepercayaan masyarakat bahwa dengan pengobatan tradisonal dapat menjalin hubungan dengan alam kehidupan pikiranmasyarakat (Sukiada, 2016).Hal tersebut juga diperkuat oleh penelitian Lovaldi (2021) pada masyarakat Dayak Salako didesa Cagar Alam Raya Pasi Sulang menggunakan 85 jenis tumbuhan obat untuk pengobatan penyakit. Tujuan dari penelitian ini untuk mengulas pengetahuan tentang berbagai spesies,tumbuhan obat yang memiliki manfaat untuk pengobatan penyakit infeksi.Penelitian ini adalah deskriptif eksploratif dengan metode survei, wawancara semi terstruktur dengan mengajukan pertanyaantipe open-ended. Jumlah responden penelitian ini sebanyak 25 warga terdiri dari ketua adat desa dan masyarakat yang mengetahui dan memanfaatkan tumbuhan obat. Didapatkan 18spesies dan 17familytumbuhan obat untuk pengobatan penyakit infeksi yaitu Malaria, panu, kutu air, luka infeksi (bernanah), diare, sakit gigi, bisul, infeksi saluran kemih, cacingan dan sakit mata. Cara pengolahan tumbuhan obat yang digunakan yaitu direbus 46%, ditumbuk 18,18%, diteteskan 13,63%, dibakar dan diseduh 9% dan dioleskan 4,55%. Sumber perolehan tanaman obat diperoleh dari budidaya (ladang) 9,10% dan habbitat liar (hutan) 90,90%. Didapatkan data secara empiris untuk mengembangkan penelitian dalam kandungan senyawa metabolit sekunder dan efek farmakologi agar dapat dikembangkan dalam pengobatan terkhusus penyakit infeksi sekaligus mendukung program pemerintah dalam mengembangkan pengobatan berbasis bahan herbal indonesia.

Keywords

Budaya Lokal Penyakit Infeksi Suku Dayak Kenyah Tumbuhan obat

Article Details

References

  1. Akhsa M, Pitopang R, Anam S. 2015. Studi Etnobiologi Bahan Obat-obatan pada Masyarakat Suku Taa Wana Mire Kecamatan Ulubongka Kabupaten Tojo Una Sulawesi Tengah. Jurnal Biocelebes.
  2. Asda, P., & Sekarwati, N. (2020). Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (Ctps) dan Kejadian Penyakit Infeksi dalam Keluarga di Wilayah Desa Donoharjo Kabupaten Sleman. Media Keperawatan, 11(1), 1-6.
  3. Az-zahra, Fatiha, Ristya. (2021). Traditional knowledge of the Dayak Tribes (Borneo) in the use of medicinal plants.Biodiversitas Journal of Biological Diversity, 22.10.
  4. Chotimah, Hastin, E, kresnatita, Susi, MY. (2013). Ethnobotanical study and nutrient content of local vegetables consumed in Central Kalimantan, Indonesia. Biodiversitas Journal of Biological Diversity, 14.2.
  5. Efendi, M, Sahrul, M, Salma, S. (2020). Nilai Kearifan Lokal Tradisi Manugal Masyarakat Dayak Meratus Kalimantan Selatan Pada Materi Geografi Bidang Lingkungan Hidup (Kajian Etnografi). Padaringan. Jurnal Pendidikan Sosiologi Antropologi. 2(2), 260-270.
  6. Falah, F, Sayektiningsih, T, Noorcahyati, N. (2013). Keragaman jenis dan pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat oleh masyarakat sekitar Hutan Lindung Gunung Beratus, Kalimantan Timur.Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 10(1), 1-18.
  7. Hulu, V. T., Salman, S., Supinganto, A., Amalia, L., Khariri, K., Sianturi, E.,& Syamdarniati, S. (2020). Epidemiologi Penyakit Menular: Riwayat, Penularan dan Pencegahan. Yayasan Kita Menulis.
  8. Johan, H. (2017). Exploring diversity medicinal plants of Dayak tribe Borneo. International Conference on Electrical Engineering, Computer Science and Informatics (EECSI). Journal IEEE, p. 1-6.
  9. Kemenkes, R. I. (2011). Kementerian Kesehatan RI. Buletin Jendela, Data dan Informasi Kesehatan: Epidemiologi Malaria di Indonesia. Jakarta: Bhakti Husada.
  10. Lesmana, H., Alfianur, A., Utami, P. A., Retnowati, Y., & Darni, D. (2018). Pengobatan tradisional pada masyarakat tidung kota Tarakan: study kualitatif kearifan lokal bidang kesehatan. Medisains, 16(1), 31-41.
  11. Lingkubi JR, Sumakud MY, Nurmawan W & Pangemanan EF. 2015. Pemanfaatan Tumbuhan Obat di Kecamatan Bunaken, Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara. In cocos, 6:3-9.
  12. Lovadi, I, Budihandoko, Y, Handayani, N, Setyaningsih, D, Setiawan, I. (2021). Survey Etnobotani Tumbuhan Obat pada Masyarakat Dayak Salako di Sekitar Cagar Alam Raya Pasi Provinsi Kalimantan Barat. Bioscientist: Jurnal Ilmiah Biologi, 9(1), 29-44.
  13. Marpaung, DR. (2018). Tumbuhan obat dan kearifan lokal masyarakat di sekitar kawasan TNBG, Desa Sibanggor Julu, Kabupaten Mandailing Natal.Jurnal biosains, 4(2), 85-91.
  14. Rahayu, 2012. A Preliminary ethnobotany study on useful plants by local communities in Bodogol Lowland Forest, Sukabumi, West Java. Journal Trop Biol Conserv. 9(1): 115-125.
  15. Reynaldi, R, Rahmadi, A, Arryati, H. (2020). Etnobotani Tanaman Obat Oleh Masyarakat Dayak Bakumpai di Desa Muara Ripung Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan Provinsi Kalimantan Tengah.Jurnal Sylva Scienteae, 2(6), 1044-1052.
  16. Rosana, D. (2019). Megabiodiversity Utilization through Integrated Learning Model of Natural Sciences with Development of Innertdepend Strategies in Indonesian Border Areas.In Journal of Physics: Conference Series (Vol. 1233, No. 1, p. 012099). IOP Publishing.
  17. Sari, E. K. 2017. Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat Di Desa Jernih Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun. Skripsi. Universitas Jambi: Jambi.
  18. Sepsamli, L, Jumari, J, Prihastanti, E. (2019). Ethnobotany of Balimo (Zanthoxylum nitidum) in the Kanayatn Dayak Community in Tapakng, West Kalimantan. Biosciences: Journal of Biology & Biology Education. 11(3), 318-324.
  19. Sukiada, K. (2016). Sistem Medis Tradisional Suku Dayak Dalam Kepercayaan Hindu Kaharingan Di Kota Palangkaraya, Provinsi Kalimantan Tengah. Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama Dan Kebudayaan, 14(27), 52-67.
  20. Ulfa, M, Safita, R, Kurniawan, B. (2021). Etnobotani Tanaman Obat Kepercayaan Suku Banjar Desa Teluk Pulai Raya Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi. (Doctoral dissertation, UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi).
  21. Utami, R. D., Zuhud, E. A., & Hikmat, A. (2019). Medicinal Ethnobotany and Potential of Medicine Plants of Anak Rawa Ethnic at The Penyengat Village Sungai Apit Siak Riau. Media Konservasi, 24(1), 40-51.
  22. Wardiah, W, Hasanuddin, H, Muthmainnah, M. (2015). Etnobotani Medis Masyarakat Kemukiman Pulo Breuehselatan Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar.Jurnal Edubio Tropika. 3(1).
  23. Wasito H. 2011. Obat Tradisional Kekayaan Indonesia. Graha Ilmu. Yogyakarta.
  24. Wegiera M, Helena, DS, Marcin JD, Magdalena K, & Kamila. 2012. Cytotoxic Effect of Some Medicinal Plants From Asteraceae Family. Chair and Departement of Pharmaceutical Botany .Medical University. 69 (2):12-14.
  25. World Health Organization. (2017). WHO global coordination mechanism on the prevention and control of non-communicable diseases: progress report 2014-2016 (No. WHO/NMH/NMA/GCM/17.03).
  26. Widiyatmoko, H. (2018). Analisis Faktor Pengaruh Komposisi Penduduk, Aksesibilitas Dan Sosio-Ekonomi Terhadap Kepadatan Penduduk Di Kabupaten Klaten (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
  27. Yatias, EA. (2015). Etnobotani Tumbuhan Obat di Desa Neglasari Kecamatan Nyalindung Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
  28. Yusro, F, Mariani, Y, Diba, Ohtani, K. (2014). Inventory of Medicinal Plants for Fever Used by Four Dayak Sub Ethnic in West Kalimantan, Indonesia. Journal Kuroshio Science. 8(1), 33–38.
  29. Susanti, R, Zuhud, AM. (2019). Traditional ecological knowledge and biodiversity conservation: the medicinal plants of the Dayak Krayan people in Kayan Mentarang National Park, Indonesia. Biodiversitas Journal of Biological Diversity. 20.9.
  30. Wakhidah, AZ, Silalahi, M. (2020). Study Ethnomedicine Betimun: The Traditional Steam Bath Herb of Saibatin Sub-tribe, Lampung. STRADA Jurnal Ilmiah Kesehatan, 9(2), 1258-1267.