Main Article Content

Abstract

Destinasi Kampung Ketupat Warna Warni yang berlokasi di Kecamatan Samarinda Seberang,
merupakan destinasi wisata baru yang berbasis masyarakat. Hampir sebagian besar warganya
membuat ketupat untuk dijual dan yang lebih uniknya lagi di setiap depan rumah warga banyak
ketupat yang sudah selesai tergantung dengan rapi. Mereka tidak perlu menjualnya ke pasar
melainkan para pembeli yang datang langsung ke kampung ini. Beragam fasilitas baik utama,
pendukung dan penunjang mewarnai keberadaan desa ini. Pengunjung memberikan persepsi
penilaian yang beragam terhadap fasilitas kampung ini dengan harapan agar peningkatan dan
pengembangan fasilitas dapat terwujud. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan
wawancara terhadap pengurus kelompok sadar wisata (POKDARWIS) serta warga pembuat
ketupat, selain itu penulis juga menyebarkan angket kepada 100 orang pengunjung secara acak.
Agar persepsi yang diperoleh nanti benar-benar mewakili pemikiran dari pengunjung. Hasil kajian
menunjukan bahwa akses jalan dan area berfoto merupakan fasilitas utama yang harus di benahi dan
ditingkatkan lagi, selain fasilitas pendukung dan penunjang lainnya. Perlunya wadah untuk belajar
membuat olahan dari daun kelapa bagi pengunjung merupakan salah satu referensi sebagai bagian
dari wisata edukasi, serta tata letak lokasi desain kuliner yang khas dari olahan ketupat agar
membuat wisatawan datang berkunjung dan bertahan lebih lama serta dapat membelanjakan
uangnya lebih banyak lagi.

Keywords

kampung ketupat, persepsi pengunjung, fasilitas

Article Details

References

  1. Ali SB. (2016). Strategi Pengembangan Fasilitas Guna Meningkatkan Daya Tarik Minat
  2. Wisatawan Di Darajat Pass (Waterpark) Kecamatan Pasirwangi Kabupaten Garut [skripsi]
  3. . Bandung (ID). Universitas Pendidikan Indonesia
  4. Devola Martania Fentri. (2017). Persepsi Pengunjung Terhadap Daya Tarik Taman Wisata
  5. Alam Hutan Rimbo Tujuh Danau Di Desa Wisata Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu
  6. Kabupaten Kampar Riau. JOM FISIP Vol. (4): 4-7
  7. Fandeli, C. (2002). Perencanaan Kepariwisataan Alam. Yogyakarta: Liberty.
  8. Gaspersz, Vincent. (1997). Manajemen Kualitas. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
  9. Kotler, P. (2002). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Prenhallindo.
  10. Mill Robert Christie and Morrison. (1985). The Tourism System. New Jersey: Prentice-Hall
  11. Inc.
  12. Oka A. Yoeti. (1996). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.
  13. Pemerintah Indonesia. (2009). Undang-Undang Pariwisata Nomor 10 Tahun 2009 tentang
  14. Kepariwisataan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11. Jakarta:
  15. Sekretariat Negara.
  16. Rumus, Fitra. 2020. https://rumus.co.id/pengertian-pariwisata, , diakses pada tanggal 16 April
  17. 2020
  18. Soehartono, I. (2008). Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
  19. Spillane, J. J. (1994). Pariwisata Indonesia Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan.
  20. Yogyakarta: Kanisius.
  21. Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta
  22. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Afabeta
  23. Sujarweni, Wiratna. (2014). Metodologi Penelitian: Lengkap, Praktis, dan Mudah Dipahami.
  24. Yogyakarta: PT Pustaka Baru
  25. Thoha, M. (1996). Prilaku Organisasi, Konsep dasar dan Prilakunya. Jakarta: PT. Raja
  26. Grafindo Persada.
  27. Umar, H. (2003). Metodologi Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta : PT. Gramedia
  28. Pustaka.
  29. Wahyuningsih R. 2018. Persepsi Pengunjung Terhadap Fasilitas Di Objek Wisata Puncak Ulu
  30. Kasok Kabupaten Kampar. JOM FISIP Vol. (5): 3-7
  31. Walgito, B. (2003). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.
  32. Warpani, S. P. dan Warpani, I.P. (2007). Pariwisata Tata Ruang Wilayah. Bandung: ITB
  33. Young. (2010). Definisi Persepsi. http://id.shvoong.com/social/sciences/psychology/
  34. 18/03/2010/definisipers epsen.html/#ixzzWDRrNai. diakses tanggal 16 April 2020